Suatu hari dikala mentari muncul, ku langkahkan kakiku menuju sebuah gedung. Dimana ku menuntut ilmu, berbagi pengalaman dengan teman, dan bertemu dengan seorang yang telah lama kukenal. Sebut saja Dian. Dia adalah orang yang ku sayangi.
Dua tahun ku tlah menjalani hubungan dengannya. Susah senang ku lalui bersama. Semua berawal dari rasa cinta. Namun, rasa itu kini tlah tiada. Semenjak kami masuk SMA, masalah berdatngan menghampiri kami. Diantaranya, pihak ketiga. Kemunculan pihak ketiga inilah yang menjadikan hubungan kami berantakan. Karena Dian terpesona kepadanya.
Pada hari pertama kami masuk, tak ada problem antara diantara kami. Semua masih berjaln mulus. Tapi pad a hari kedua, ku mendengar bahawa ada seseorang yang naksir dengan Dian. Awalnya ku biarkan saja seperti angin lalu. Namun setelah beberapa hari, teman-teman akrabku bilang, kalau ternyata Dian sering jalan sama cewek itu. Aku jadi penasaran dengan ucapan teman-temanku. Akhirnya ku putskan untuk menyelidikinya.
Setelah beberapa hari, mendapatkan hasilnya. Ternyata ucapan temanku dapat di percaya. Ku lihat dengan mataku sendiri, kalau mereka sedang berduaan di bawah pohon. Mereka bercanda, tertawa sementara aku hanya diam melihat tingkah mereka. Hatiku panas bagaikan bara api yang sedang menyala. Namun ku hanya diam seribu bahasa.
Setelah beberapa hari kuberpikir, “buat apa ku pertahanin Dian, kalau ternyata Dian mendustai cinta ini. dunia tak selebar daun kelor. Mungkin masih ada cowok yang mau menerima aku apa adanya. Lagi pula jodoh ada di tangan Tuhan.” tanpa pikir panjang, ku langkahkan dengan berat kaki ini menuju seseorang yang sedang duduk bersandar di tembok depan kelas. Dia menolehku, lalu tersenyum dan berkata “ada apa Git?” ku balas senyumanya walau hatiku berbunyi dag..dig..dug...tak karuan. Tanpa basa-basi ku bicara dengan pelan.
“Yan, sebelumnya ku minta maaf kalau selama ini aku sudah sering buat kamu marah. Aku tahu 2 tahun bukanlah waktu yang pendek buat kita saling mengenal satu sama lain.”
Baru kata itu yang dapat aku lontarkan, Dian kaget lalu berdiri sambil berkata “apa maksudmu, Git!!!”
“Aku nggak bermaksud buat kamu kecewa . Aku pengen liat kamu seneng. Aku sadar, banyak banget kekurangan dalam diri aku. Mungkin dengan adanya cewek itu, kamu bisa nyaman.”, jawabku.
Dia menjawab, “memang kamu itu nggak pernah ngertiin perasan aku! Kamu itu berbeda sama dia!” jawab yang sangat menusuk hatiku, membuat amarahku memuncak, namun Allah SWT ada di dekatku . Ku coba tetap sabar dalam menghadapinya. Hati ini bagai disayat-sayat pisau. Ternyata dugaanku selama ini benar. Dian sudah pindah kelain hati. Akhirnya kuputuskan hubungan ini. Awalnya dia menolak. Aku sendiri bingung, apa maksudmu sebenarnya?
Di depan gerbang, kulanjutkan keputusanku di dengannya. Akhirnya dia juga tidak mau dibebani. Dia menyeretku sambil berkata, “kalau keputusan itu terbaik buat kamu , ok! Aku bisa menerima.maafin juga kalau selama ini aku sering buat kesalahan sama kamu. Makasih atas semuanya. Jaga dirimu baik-baik.” dia menyulurkan tangan kepadaku.
Ku berusaha tegar. Lalu ku menoleh ke belakang. Ku melihat seorang cewek sedang menangis. Setelah aku bersalaman dengannya, ku berkata, “mendekatlah padanya, dia membutuhkanmu.” dian mengangguk, lalu mendekati seorang cewek itu. Aku pulang...
Sempai di rumah, aku langsung ke kamar dengan wajah kusut. Ku merenung..... tanpa aku sadari, air membasahi baju serta bantalku. Saat, ku terbangun dari lamunanku, jam sudah menunjukan pukul 2 siang. Ku langkahkan kakiku untuk mengambil air wudlu dan ku kerjakan shalat dzuhur. Setelah berdoa, hati ini bagai diguyur 1 ember air es yang menghilangkan rasa panas dalam hati. Aku yakin Allah ada di dekatku.
Dua tahun ku tlah menjalani hubungan dengannya. Susah senang ku lalui bersama. Semua berawal dari rasa cinta. Namun, rasa itu kini tlah tiada. Semenjak kami masuk SMA, masalah berdatngan menghampiri kami. Diantaranya, pihak ketiga. Kemunculan pihak ketiga inilah yang menjadikan hubungan kami berantakan. Karena Dian terpesona kepadanya.
Pada hari pertama kami masuk, tak ada problem antara diantara kami. Semua masih berjaln mulus. Tapi pad a hari kedua, ku mendengar bahawa ada seseorang yang naksir dengan Dian. Awalnya ku biarkan saja seperti angin lalu. Namun setelah beberapa hari, teman-teman akrabku bilang, kalau ternyata Dian sering jalan sama cewek itu. Aku jadi penasaran dengan ucapan teman-temanku. Akhirnya ku putskan untuk menyelidikinya.
Setelah beberapa hari, mendapatkan hasilnya. Ternyata ucapan temanku dapat di percaya. Ku lihat dengan mataku sendiri, kalau mereka sedang berduaan di bawah pohon. Mereka bercanda, tertawa sementara aku hanya diam melihat tingkah mereka. Hatiku panas bagaikan bara api yang sedang menyala. Namun ku hanya diam seribu bahasa.
Setelah beberapa hari kuberpikir, “buat apa ku pertahanin Dian, kalau ternyata Dian mendustai cinta ini. dunia tak selebar daun kelor. Mungkin masih ada cowok yang mau menerima aku apa adanya. Lagi pula jodoh ada di tangan Tuhan.” tanpa pikir panjang, ku langkahkan dengan berat kaki ini menuju seseorang yang sedang duduk bersandar di tembok depan kelas. Dia menolehku, lalu tersenyum dan berkata “ada apa Git?” ku balas senyumanya walau hatiku berbunyi dag..dig..dug...tak karuan. Tanpa basa-basi ku bicara dengan pelan.
“Yan, sebelumnya ku minta maaf kalau selama ini aku sudah sering buat kamu marah. Aku tahu 2 tahun bukanlah waktu yang pendek buat kita saling mengenal satu sama lain.”
Baru kata itu yang dapat aku lontarkan, Dian kaget lalu berdiri sambil berkata “apa maksudmu, Git!!!”
“Aku nggak bermaksud buat kamu kecewa . Aku pengen liat kamu seneng. Aku sadar, banyak banget kekurangan dalam diri aku. Mungkin dengan adanya cewek itu, kamu bisa nyaman.”, jawabku.
Dia menjawab, “memang kamu itu nggak pernah ngertiin perasan aku! Kamu itu berbeda sama dia!” jawab yang sangat menusuk hatiku, membuat amarahku memuncak, namun Allah SWT ada di dekatku . Ku coba tetap sabar dalam menghadapinya. Hati ini bagai disayat-sayat pisau. Ternyata dugaanku selama ini benar. Dian sudah pindah kelain hati. Akhirnya kuputuskan hubungan ini. Awalnya dia menolak. Aku sendiri bingung, apa maksudmu sebenarnya?
Di depan gerbang, kulanjutkan keputusanku di dengannya. Akhirnya dia juga tidak mau dibebani. Dia menyeretku sambil berkata, “kalau keputusan itu terbaik buat kamu , ok! Aku bisa menerima.maafin juga kalau selama ini aku sering buat kesalahan sama kamu. Makasih atas semuanya. Jaga dirimu baik-baik.” dia menyulurkan tangan kepadaku.
Ku berusaha tegar. Lalu ku menoleh ke belakang. Ku melihat seorang cewek sedang menangis. Setelah aku bersalaman dengannya, ku berkata, “mendekatlah padanya, dia membutuhkanmu.” dian mengangguk, lalu mendekati seorang cewek itu. Aku pulang...
Sempai di rumah, aku langsung ke kamar dengan wajah kusut. Ku merenung..... tanpa aku sadari, air membasahi baju serta bantalku. Saat, ku terbangun dari lamunanku, jam sudah menunjukan pukul 2 siang. Ku langkahkan kakiku untuk mengambil air wudlu dan ku kerjakan shalat dzuhur. Setelah berdoa, hati ini bagai diguyur 1 ember air es yang menghilangkan rasa panas dalam hati. Aku yakin Allah ada di dekatku.
5 komentar:
[+/-]Click to Show or Hide Old CommentsPertamax.... cerita yang menarik.. maksih udah berbagi ni sob...... slaam blogger
Hancur2 hatiku, Hancur Hatiku Demikian Olga Menyanyi he
mu komen apa ya...
belum mbaca sich gan...
mata uda 1/2 wat...
kome komen, hahahay!
waah .. waah .. menyakitkan..
therefore, I do not go out first if painful end,
[+/-]Show or Hide Comments
Posting Komentar